DITENGAH PANDEMI, COCO GENJOT PENJUALAN COKELAT LEWAT ONLINE

DITENGAH PANDEMI, COCO GENJOT PENJUALAN COKELAT LEWAT ONLINE

DITENGAH PANDEMI, COCO GENJOT PENJUALAN COKELAT LEWAT ONLINE

DITENGAH PANDEMI, COCO GENJOT PENJUALAN COKELAT LEWAT ONLINE

DITENGAH PANDEMI, COCO GENJOT PENJUALAN COKELAT LEWAT ONLINE
DITENGAH PANDEMI, COCO GENJOT PENJUALAN COKELAT LEWAT ONLINE
DITENGAH PANDEMI, COCO GENJOT PENJUALAN COKELAT LEWAT ONLINE
You are using an outdated browser. For a faster, safer browsing experience, upgrade for free today.

DITENGAH PANDEMI, COCO GENJOT PENJUALAN COKELAT LEWAT ONLINE

IQPlus, (1/9) - Ditengah Pandemi, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) tetap optimis pasar cokelat masih memiliki prospek yang baik dari tahun ke tahun. Salah satunya karena konsumsi cokelat per kapita di Indonesia yang masih rendah.

Manajemen COCO menyebutkan bahwa, konsumsi coklat di indonesia hanya 0.5 kg per kapita per tahun. Jauh lebih rendah dibanding dengan negara tetangga kita seperti singapura dan malaysia yg sudah lebih dari 1 kg, bahkan di eropa yg melebihi 8 kg. "Potensi ini lah yg menurut kami sebagai pintu masuk untuk menggalakan produk-produk unggulan perseroan."paparnya.

Mewabahnya COVID 19 di akhir tahun 2019, ke seluruh dunia secara luar biasa, akan memperburuk perekonomian global dan Indonesia. International Monetary Fund (IMF) memprediksi bahwa pandemic COVID 19 akan menyebabkan resesi global di tahun 2020.

Pemerintah Indonesia juga mengakui bahwa dampak dari penyebaran COVID 19 ini mulai menghantui perekonomian dalam negeri di kuartal kedua tahun 2020. Tidak dipungkiri Perseroan juga terdampak imbasnya, dengan diberlakukannya Penerapan pembatasan sosial skala besar telah berdampak pada produktivitas dan efisiensi Perseroan. Sebab banyak mall-mal yang tutup membuat usaha tenant-tenant pelanggan COCO menjadi tidak berjalan sehingga permintaan pun menjadi anjlok.

PErusahaan sedikit mengulas, Penjualan COCO terbagi 2, yaitu B2C dan B2B, yang terkena dampak signifikan adalah penjualan kepada pelanggan yang memiliki outlet di mall dan pelanggan distribusi di kotakota yang terkena PSBB. "Penjualan B2B dan B2C yang terkena dampak ini hampir 50% dari keseluruhan pelanggan,"aku COCO.

Pada bulan Maret hingga Juni 2020 penurunan kapasitas produksi Perseroan mencapai 40%, namun saat ini produksi Perseroan mengalami peningkatan signifikan mencapai 90%. Namun dengan Prinsip-prinsip fundamental Perusahaan yang telah dipersiapkan secara konsisten dari tahun ke tahun tentunya menjadi pilar yang kuat untuk menopang pengembangan setiap segmen usaha secara optimal.

Perseroan akan terus melakukan inovasi dan memanfaatkan platform e-commerce dan media sosial sebagai upaya untuk meningkatkan penjualan. Selama masa pandemi Covid19, aktivitas belanja online melalui "bakingmart.id" naik signifikan berkisar 15-20%. Antusiasme pelanggan SHCOKO berbelanja terlihat banyak berburu produk cokelat Couverture, Compound, dan Cocoa Powder.

Perubahan minat belanja terjadi pasca Ramadhan dan lebaran. Melihat adanya kebutuhan yang tinggi dari pelanggan, Perseroan akan selalu menjaga ketersedian produk dan memastikan kebutuhan pelanggan terpenuhi.

"Yang tidak kalah penting, dengan efisiensi beban operasional sebanyak mungkin dan memaksimalkan kelancaran pendapatan yang masih bisa direalisasikan dari semua jaringan penjualan kita termasuk chanel penjualan baru kita melalui sistem online yaitu "bakingmart.id", kita masih yakin akan bisa mencapai target yang telah ditetapkan. Saya kira pertumbuhan di akhir tahun dengan target 5-10 % masih realistis dan optimis bisa dicapai,"tegasnya.

Terkait ekspansi wilayah pemasaran, Perseroan mengaku, salah satunya pembukaan jalur distribusi sendiri yg berada di wilayah indonesia timur. Dan perseroan berencana untuk masuk ke dalam bidang distribusi sehingga perseroan dapat mendistribusikan produk-produknya secara mandiri.(end/as)