PASAR KERTAS MAKIN MENJANJIKAN, SUPARMA LANJUTKAN INVESTASI MESIN USD 23 JUTA

PASAR KERTAS MAKIN MENJANJIKAN, SUPARMA LANJUTKAN INVESTASI MESIN USD 23 JUTA

PASAR KERTAS MAKIN MENJANJIKAN, SUPARMA LANJUTKAN INVESTASI MESIN USD 23 JUTA

PASAR KERTAS MAKIN MENJANJIKAN, SUPARMA LANJUTKAN INVESTASI MESIN USD 23 JUTA

PASAR KERTAS MAKIN MENJANJIKAN, SUPARMA LANJUTKAN INVESTASI MESIN USD 23 JUTA
PASAR KERTAS MAKIN MENJANJIKAN, SUPARMA LANJUTKAN INVESTASI MESIN USD 23 JUTA
PASAR KERTAS MAKIN MENJANJIKAN, SUPARMA LANJUTKAN INVESTASI MESIN USD 23 JUTA
You are using an outdated browser. For a faster, safer browsing experience, upgrade for free today.

PASAR KERTAS MAKIN MENJANJIKAN, SUPARMA LANJUTKAN INVESTASI MESIN USD 23 JUTA

IQPlus, (26/11) - PT Suparma Tbk (SPMA) produsen kertas aneka kertas-akan tetap melanjutkan investasi baru dengan dana ratusan miliar rupiah. Hal ini untuk meningkatkan kapasitas produksi karena pasar kertas tissue masih cukup menjanjika.

Hendor Luhur, Direktur PT Suparma Tbk, menjelaskan, tahun ini pihaknya akan melanjutkan investasi mesin Steam boiler dengan kebutuhan belanja modal sebesar USD 10 juta. Sampai September ini, investasi yang didanai dari kas internal telah terserap sebesar USD 8,6 juta.

Keunggulan dari steam boiler ini lebih ramah lingkungan karena penggunaan bahan baku batu bara sebesar 25 persen atau sekitar 60 persen lebih rendah dibandigkan steam boiler yang sudah ada, serta sisanya memanfaatkan sludge, limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas.

"Semua kebutuhan investasi mesin Steam Boiler 100 persen dari kas internal," kata Hendro Luhur dalam acara Public Expose secara virtual, Senin (25/11).

Pihaknya juga akan melakukan investasi untuk pengembangan mesin produksi Paper Machine No 11. Kali ini dana yang dibutuhkan sekitar USD 23 juta. Mesin baru ini akan menghasilkan produk kertas tissue yang nantinya dapat menambah kapasitas terpasang kurang lebih 27.000 MT.

Hal ini dilakukan pasar kertas tissue di Indonesia masih sangat menjanjikan terutama disegmen pasar Horeka (hotel, restaurant dan kafe). Sedangkan, tingkat konsumsi tissue di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara tetangga, Singapura dan Malaysia.

Di Singapura, rata-rata per orang per tahun menkonsumsi kertas tissue 27 kg. Sedangkan di Malaysia sebesar 2,5 kg. Namun di Indonesia hanya sebesar 0,5 kg. Sehingga peluang pasarnya masih sangat terbuka lebar.

"Karena itu kami akan menambah Paper Machine No 11 setelah No 10 selesai. Namun mengingat dananya cukup besar, maka sumber dananya sekitar 21,5 persen dari kas internal dan sisanya 78,5 persen dari pinjaman bank," tambahnya tanpa menjelaskan dari bank apa.

Terkait kinerja tahun ini, dia mengaku optimis bisa mencapai target penjualan sebesar Rp 2,7 triliun. Hingga kuartal ketiga (Q3/2024), pihaknya telah berhasil meraih pendapatan bersih sebesar Rp 1,96 triliun atau setara 72,7% dari target penjualan sampai akhir tahun sebesar Rp 2,7 triliun.

Capaian selama 9 bulan ini mengalami sedikit peningkatan sebesar 1% atau sebanyak Rp19,3 miliar dibandingkan periode yang sama 2023. Namun jika dibandingkan dengan capaian pada 2022 yakni menembus Rp3,1 triliun, maka target di 2024 ini memang turun.

"Kami optimistis target tahun ini akan tercapai. Sebab hingga Oktober penjualan bersih Suparma sudah mencapai Rp2,2 triliun atau setara 81,6 % dari target," ujarnya.

Sedangkan laba berjalan selama 9 bulan ini mengalami penurunan20,1 persen menjadi Rp 114,9 miliar. Hal ini disebabkan peningkatan beban pokok penjualan Rp 46,2 miliar yang menyebabkan penurunan laba kotor Rp 36,6 miliar dan penurunan margin laba kotor menjadi 16,3% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 18,2%.

"Meskipun harga jual rata-rata kertas selama 9 bulan ini turun 3,5% menjadi Rp11.939 , tapi secara kuantitas, penjualan kertas SPMA naik sebanyak 7.300 MT atau 4,6% menjadi 164.295 MT," pungkas Hendro. (end/Ahd)